Nama : Mega Aprilia Puspasari
Kelas : 1IA05
Npm : 54411379
“ Virgin Coconut Oil, Penyembuh Ajaib dari Buah Kelapa ”
Jika ada satu jenis minyak selain berfungsi menggoreng makanan juga berperan membantu mencegah penyakit jantung, kanker, diabetes, dan penyakit degenerative lainnya, memperbaiki pencernaaan, meningkatkan system kekebalan tubuh, mencegah infeksi virus (HIV) dan SARS, serta membantu menurunkan berat badan, apakah anda tertarik? Pertanyaan dan sekaligus tawaran menarik berbau promosi ini diajukan Bruce Fite dalam bukunya bertajuk The Healing Miracles of Cococnut Oil.
Multifungsi ini tidak ditemukan pada minyak kedelai, minyak jagung, minyak sawit, minyak bunga matahari, minyak canola, minyak olive, ataupun minyak hewan, melainkan dari minyak kelapa yang kini lazim disebut virgin coconut oil(vico) dan konon bahan bakunya banyak ditemukan di Indonesia. Lantas pertanyaannya, bukankah minyak kelapa adalah sumber lemak jenuh (saturated fat) yang kerap diberi label jelek oleh masyarakat barat karena tidak baik untuk kesehatan ?
Pertanyaan ini telah dijawab oleh serangkaian riset belakangan ini bahwa minyak kelapa memiliki peran yang amat berbeda terhadap kesehatan dibandingkan dengan lemak jenuh asal hewan atau nabati
Komponen minyak kelapa adalah asam lemak jenuh sekitar 90 persen dan asam lemak tak jenuh sekitar 10 persen. Tingginya kandungan asam lemak jenuh menjadikan minyak kelapa sebagai sumber saturated fat. Asam lemak jenuh didominasi oleh asam laurat –memiliki rantai karbon 12, termasuk asam lemak rantai menengah alias medium-chain fatty acid (MCFA) dan jumlahnya sekitar 52 persen (hampir setara dengan air susu ibu), sehingga minyak kelapa kerap disebut minyak laurat.
Minyak kelapa yang memiliki asam lemak jenuh amat bandel menahan serangan oksidasi saat penggorengan sehingga tidak menjadi penyumbang radikal bebas, suatu senyawa amat berbahaya bagi kesehatan. Minyak kelapa juga tidak berperan sebagai sumber lemak trans ( trans fatty acids/TFA) sehingga aman dikonsumsi karena tidak mengatrol kadar LDL dalam darah.
Umumnya, masyarakat mengenal pengolahan daging buah kelapa menjadi minyak melalui cara kering dan bahasa. Pengolahan cara kering, daging buah yang sudah dipotong-potong dikeringkan sehingga diperoleh kopra, lalu dilakukan pengepresan guna mendapatkan minyak.
Teknik pengolahan ini biasanya dilakukan dalam skala besar (pabrik). Pengolahan cara basah, daging buah kelapa diparut, kemudian dicampur dan diekstrak dengan air panas (hangat) pada perbandingan tertentu.
Hasil ekstraksi berupa emulsi minyak dalam air yang disebut santan. Pemanasan di lakukan untuk memecah emulsi guna mendapatkan minyak, yang kerap disebut minyak kelentik. Kedua metode ini akan menghasilkan minyak yang berbau harum, tetapi warnaya kurang bening akibat penggunaan panas dalam proses pengolahannya.
Nah, untuk memperintah vico, penggunaan panas diminimalkan atau sama sekali dihilangkan. Caranya adalah dengan menggunakan enzim secara langsung atau mikroba penghasil enzim tertentu untuk memecah protein yang berkaitan dengan minyak dan karbohidrat sehingga minyak dapat terpisah secara baik.
Pengolahan minyak kelapa dengan menggunakan enzim lazim disebut teknik fermentasi. Pembuatan vico dengan teknik fermentasi diawali dengan proses pembuatan santan, caranya sama dengan metode basah. Santan ditempatkan pada wadah yang bersih dan selanjuynya dibiarkan beberapa saat hingga terbentuk gumpalan krim atau “biang santan”.
Krim dipisahkan ke dalam wadah yang tembus pandang, seperti stoples yang relative besar, lalu tambahkan ragi atau larutan cuka nira secukupnya. Campuran diaduk secara merata dan difermentasi selama 10-14 jam atau semalam.
Proses fermentasi dinyatakan berjalan baik jika dari campuran tersebut terbentu tiga lapisan, yakni lapisan atas berupa minyak murni (vico), lapisan tenggah berupa blondo (warna putih), dan lapisan bawah berupa air. Lapisan minyak dipisahkan secara hati-hati. Minyak ini memberi aroma khas dan warna yang lebih jernih.
Guna mendapatkan manfaatnya bagi kesehatan, vico yang diperoleh bisa dikonsumsi secara langsung ataupun digunakan untuk menggoreng atau menumis makanan. Dengan struktur kimia asam lemak jenuh yang tidak memiliki double bond, vico relative tahan terhadap semua serangan panas, cahaya, dan oksigen singlet sehingga memiliki daya simpan lama. Namun, sebaiknya dikemas dalam botol yang tak tembus cahaya guna memperpanjang masa simpannya.
Sumber : kompas, 22 Desember 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar